PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia
merupakan negara yang perairan yang mempunyai berbagai macam jenis ikan yang
beranekaragam, beberapa diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias
potensial yang dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna
yang menarik serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan
koi diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko,
Utsurimono, Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan
Kawarimono. Ikan koi termasuk jenis ikan hias air tawar bernilai ekonomis
tinggi, baik di pasaran nasional maupun internasional, sehingga banyak para
penggemar ikan di Indonesia yang tertarik untuk memelihara ikan ini.
Melihat
prospek pasar yang cukup tinggi dan menjanjikan maka usaha ikan koi tampaknya
akan mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi. Namun untuk menghasilkan
keuntungan yang cukup tinggi ini dibutuhkan bibit ikan yang unggul. Oleh karena
itu diperlukan adanya pengetahuan, keterampilan, softskill dan wawasan yang
tinggi tentang pemeliharaan dan pembiakan ikan koi.
B. Tujuan
· Mengetahui
potensi ikan koi sejak dulu hingga sekarang
· Meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya ikan koi mulai dari pembenihan hingga pemasaran.
· Dapat
memecahkan masalah dalam budidaya ikan koi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Taksonomi
Menurut
Atim dan Sukarwo[1],
ikan koi mempunyai urutan taksonomi atau klasifikasi sebagai berikut:
Klasifikasi
|
Nama
klasifikasi
|
Filum
|
Chordata
|
Kelas
|
Osteichthyes
|
Ordo
|
Ostariophsy
|
Family
|
Cyprinidae
|
Genus
|
Cyprinus
|
Spesies
|
Cyprinus
carpio
|
Nama
binomial
|
Cyprinus
carpion (Linnaeus, 1758)
|
B. Morfologi
Koi
memiliki berbagai corak warna yang lebih indahdan mempunyai badan yang
berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun
sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip
punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan
sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk
berpindah tempat. Ibarat manu-sia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip
dada bisa diibaratkan sebagai tangan,
sedangkan sirip perut sebagai kaki. Hanya bedanya dengan manusia,
tangan dan kaki tidak baka) tumbuh lagi ketika patah (Jika tidak disambung),
sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-potong.
Untuk
bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras,
jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah
jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari
lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di
belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang
memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat apabila bere-nang.
Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit sehingga sirip
koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai
jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari
lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip
anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Selain
sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera
pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang
berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya
ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang
menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan
maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.
Pada
sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi
(Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini
terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga
ke sebelah luar.
Badan
koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di
luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam di-sebut
endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir
(mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi per-mukaan badan atau
menahan parasit yang menye-rang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan
endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan
urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat
sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak
yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4
macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya
adaJah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan
guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat
dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna.
Sisik
koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang
bisa di-jadikan patokan untuk mengira-ngira umur koi.
ISI
Indonesia
merupakan negara yang perairan yang mempunyai berbagai macam jenis ikan yang
beranekaragam, beberapa diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias
potensial yang dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna
yang menarik serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan
koi diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko,
Utsurimono, Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan
Kawarimono.
Asal Mula Ikan Koi[2]:
Ikan koi
berasal dari ikan mas. Ikan ini adalah ikan nasional Negara Jepang. Di Negara
Jepang sendiri,koi diangap sebagai ikan dewa. Di Negara tersebut koi disebut
kai yang artinya ikan berwarna. Banyak versi yang berkembang mengenai asal usul
koi. Salah satunya berasal dari Persia, lalu dibawa ke Jepang oleh orang Cina
melalui daratan Cina dan Korea. Koi dari Jepang pertama kali di eksport ke San
Fransisco, Amerika Serikat (1938). Setelah itu berturut-turut dikirim ke Hawaii
(1947), Canada(1949), dan Brazil(1953).
Sedangkan masuk ke Indonesia
diperkirakan tahun 1981-1982 di bawa oleh Hany Moniaga, hobiis yang tinggal di
Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Ia kemudian mengembangkan peternakan koi yang
diberi nama Leon dan Leonny. Koi pertama itu panjangnya 90-100 cm, berumur
50-75 tahun. Sejak itulah koi populer di Indonesia dan belakangan menjadi
buruan hobiis hingga saat ini.
Ikan koi termasuk jenis ikan yang
mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk
binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira). Pellet merupakan
santapan utama, tapi saat ikan mengikuti kontes, Koi akan mendapat makanan
tambahan dan doping khusus untuk menguatkan warna tubuhnya dalam masa
karantina. Selain itu, sayur-sayuran seperti kangkung atau buah-buahan,
misalnya jeruk, bisa diberikan pada koi.
Umur ikan koi bisa bertahan sampai
puluhan tahun. Untuk memiliki ikan yang berasal dari perairan Eurasia and the
middle east. Ini para penggemar dan calon penggemar dapat menyesuaikan diri
antara keinginan dan kondisi saku. Tak selamanya harus mengeluarkan biaya yang
mahal karena harganya yang bervariasi, tergantung dari ukuran dan jenis.
Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp 50 ribu hingga mencapai Rp 8 Juta.
Hebatnya, harga koi juara kontes dapat menembus ratusan juta rupiah.
Taksonomi koi adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan
intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas,
keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih
yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh
besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.
1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah
Ikan koi
secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar
oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga
mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan
tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak
menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat
blooming fitoplankton.
Koi
berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi
habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak
mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi
suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
2. Teknik Budidaya
2.1 Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi
sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan
koi secara optimum adalah sebagai berikut:
suhu air berkisar 24-26oC,
pH 7,2-7,4 (agak basa),
oksigen minimal 3-5 ppm,
CO2 max 10 ppm,
nitrit max 0,2.
Air yang
digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air
yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan
oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat
digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan
suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.2. Pakan
Koi adalah
bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski
demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau
berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada
mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam
bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara
bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung
daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung
cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co
sebagai pelengkap pakan.
Kualitas
pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri,
sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang
mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan
astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan
tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella,
kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung
astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri
karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai
dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Pakan alami
atau pakan
hidup
misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan
pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih
sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan
phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan
diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran
kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini
juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.
Menurut
pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif
yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang
dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih
cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan
loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh di Lumpur.
Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin
menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun
marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber
karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet
atau roti.
2.3. Pembenihan
Kolam
pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus
mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu,
seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang
baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan
bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan
pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan
ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara
alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan
suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk
menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama
beberapa hari.
Koi dapat
memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan
pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan
Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan
untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan
terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping
ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan.
Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses
pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang
merupakan pilihan terakhir.
Induk betina
dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan.
Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan.
Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk)
yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya
dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau
sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.
2.4. Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu.
Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru
menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong
kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli
artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat
diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1
juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap
ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta
fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah
50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp.
2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan
dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi
atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva
mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang
diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan
(mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang
cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas
baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram)
adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai
ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna)
bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir
mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor
fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.5. Pewarnaan
Kualitas koi
ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola
warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang
baik.
Genotip
menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora
menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung
berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami
tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih
baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan
untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan
menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan
berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas
warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan
adanya karotenoid dalam pakan.
2.6. Pra Panen
Koi tumbuh
sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1
m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan
dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna
tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak
atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik.
Dalam
penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk
dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan
berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak
dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan
yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.
Persyaratan Eksport
Eksportir
harus memiliki syarat izin dari Dinas Perdagangan yang dibuktikan dengan
dokumen IKIS ( Izin Instalasi Karantina Ikan Sementara ), Hasil Uji PCR
(Polymerase Chain Reaction), untuk deteksi penyakit ikan dan dokumen bea cukai
di bandara.
Standar
ikan yang akan diekspor antara lain kondisi sehat dengan ciri diantaranya
bentuk tubuh ideal dan proporsional, Sirip sempurna seperti tidak ada bengkok,
tidak cacat, rusak, robek atau patah. Kondisi sisiknya utuh tidak ada yang
lepas, mengkilap dan berkilau bila terkena sinar. Ikan Koi diperiksa di
laboratorium oleh Badan Karantina untuk di cek apakah benar – benar sehat dan
tidak berpenyakit. Bila ikan dinyatakan sehat, Badan Karantina akan
mengeluarkan Surat Keterangan Layak Ekspor.
Badan
Karantina kemudian mengemas ikan hias dalam plastik, Styrofoam, dan Hard
Carton. Dalam satu kantong plastik ukuran 20 liter diisi air dan oksgen dengan
perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan Koi ukuran 8 cm. Pengiriman ikan Koi ini
dilakukan dengan menggunakan jalur udara.
Kapasitas ekspor PT. Vivaria Indonesia saat
ini lebih dari 300 ekor untuk sekali pengiriman. Biaya pengiriman untuk satu
kali pengiriman tergantung Negara yang dituju, misalnya ke
Negara China sebesar Rp 3 juta. Biaya tersebut ditanggung eksportir. Sedangkan
system pembayaran oleh buyer menggunakan L/C (Letter of Credit – sebuah cara
pembayaran international yang memungkinkan ekspotir menerima pembayaran tanpa
menunggu berita dari luar negeri setelah barang dikirim kepada pemesan) dengan
tanggung jawab penjual (produsen) hanya sampai di atas kapal yang tertambat di
pelabuhan dalam negeri atau Free On board (FOB).
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan
warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala
terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang
paling baik adalah seperti “torpedo”. Nilai koi tergantung dari ukuran,
bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit.
Ikan koi termasuk jenis ikan yang
mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk
binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira).Koi akan mendapat
makanan tambahan dan doping khusus untuk menguatkan warna tubuhnya dalam masa
karantina. Selain itu, sayur-sayuran seperti kangkung atau buah-buahan,
misalnya jeruk, bisa diberikan pada koi.
Umur
ikan koi bisa bertahan sampai puluhan tahun. Untuk memiliki ikan yang berasal
dari perairan Eurasia and the middle east. Ini para penggemar dan calon
penggemar dapat menyesuaikan diri antara keinginan dan kondisi saku. Tak
selamanya harus mengeluarkan biaya yang mahal karena harganya yang bervariasi,
tergantung dari ukuran dan jenis. Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp
50 ribu hingga mencapai Rp 8 Juta. Hebatnya, harga koi juara kontes dapat
menembus ratusan juta rupiah. Adapun pemanfaatn nilai tambah yang lain tidak
begitu seefektif nilai tambah dalam potensi ikan hias.
Ø Saran
Dengan
melihat potensi yang cukup baik dan perawatan yang tidak terlalu sulit, maka
usaha seperti ini cukup baik di Indonesia. Harga yang di capai pun saat tiba
atau musimnya ikan koi ini trend membuat harga melonjak tinggi.
Ø Penutup
Alhamdulillah
hirobilalamin, tugas ini bisa selesai walaupun dengan segala keterbatasan.
Penyusun mengakui segala kekurangan dalam makalah ini,
oleh sebab itu penyusun berharap dosen ataupun pembaca bisa memaklumi atas
segala kekurangan. Dan semoga apa yang kita baca atau pelajari ini bisa
bermanfaat bagi kita.
DAFTAR
PUSTAKA
- Ø (http://budidayanews.blogspot.com/2011/02/cara-budidaya-ikan-koi.html)
- Ø www.google/permasalah pada budidaya ikan koi.com
- Ø www.koiherves virus.com
- Ø Huseini.Martani. PENYAKIT PADA IKAN KOI. Jakarta. 2007
No comments:
Post a Comment