Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk
dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan
lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis
(ditemukan di semua daerah tropika).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering
dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor
yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas
belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernafas dari udara, bukaan insang sempit, tidak
memiliki kantung
renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat,
sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air tawar. Mata
belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua malahan
buta. Ukuran tubuh bervariasi.
Monopterus indicus hanya berukuran 8,5
cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus
diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah
sendiri, yang biasa dijumpai di sawah
dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi
disebut moa).
1.2 Rumusan masalah
a. Apakah binatang belut itu?.
b. Dimanakah belut itu hidup?.
c. Apa saja khasiat serta
manfaat belut bagi kesehatan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengenal
binatang belut.
b. Mengetahui habitat
belut.
c.
Mengetahui anggota-anggota belut
c.
Untuk mengetahui khasiat serta manfaat belut.
d.
Untuk mengetahui Hama dan Penyakit pada Belut.
Bab II
Pembahasan
2.1 Belut
Belut
|
||||||||||||
Belut sawah Monopterus albus
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Genera
|
||||||||||||
Belut merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya
memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan
yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di
kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan
digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu
komoditas ekspor.
Jenis ikan yang satu
ini sangat menjijikkan bagi sebagian orang. Belut atau Eel (dlm bahasa
Inggris). Walaupun dikelompokkan sebagai ikan, belut tidak suka berenang, lebih
suka bersembunyi di dalam lumpur ataupun di liang (lubang) yang menjadi sarangnya. Mata belut
kebanyakan tidak berfungsi dengan baik, bahkan jenis belut yang hidup di
gua-gua malahan buta sama sekali.
Kandungan Nutrisinya.
Belut mentah
kandungan lemaknya cukup tinggi. Tapi hal ini bisa dihilangkan khususnya untuk
belut yang besar karena lemak belut berada diantara daging dan kulitnya. Lemak
juga bisa dihilangkan dengan cara memanggang belut sehingga lemaknya akan
mencair dan keluar
dari pori-pori kulitnya.
Meski tampilannya tak
menarik, bahkan sementara orang jijik melihatnya, belut merupakan makanan unggulan yang kaya berbagai zat
gizi. Salah satu keunggulannya, kaya hormon kalsitonin, yang berfungsi untuk
memelihara kekuatan tulang.
Licin bagaikan belut merupakan pepatah lama yang ditujukan kepada orang
yang sangat licik, tetapi selalu terbebas dari segala tuntutan. Ungkapan itu
merupakan sebuah pengakuan bahwa belut itu sangat licin dan sulit ditangkap. Belut (Monopterus albus) merupakan
ikan darat dari keluarga Synbranchidae dan tergolong ordo
Synbranchiodae, yaitu ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain
untuk bergerak.
Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular
tetapi tidak bersisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil
hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan
bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai
sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil, sehingga hampir
tidak terlihat oleh mata.
Jenis ikan darat ini
merupakan komoditas perikanan darat yang bergerak dengan jalan
melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Habitatnya di tempat
berlumpur, genangan air tawar, atau aliran air yang kurang deras.
Bentuknya yang
seperti ular membuat sebagian orang enggan untuk melihatnya. Padahal, dagingnya
sangat lezat dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi tinggi.
Selain itu, belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan.
2.2 Jenis Belut
Di Indonesia terdapat
tiga jenis ikan belut, yaitu belut sawah (Monopterus albus Zuieuw), belut rawa (Synbranchus bengalensis Mc.
Clell), dan belut bermata sangat kecil (Macrotema caligans Cant).
Belut sawah merupakan jenis yang paling dikenal di Indonesia, sedangkan belut
rawa jumlahnya terbatas sehingga kurang begitu dikenal.
Ikan belut sawah
mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular, tetapi tidak bersisik
dan matanya kecil. Panjang seekor belut berkisar antara 10 cm hingga 3 m,
dengan berat yang sangat bervariasi, dari ratusan gram hingga ada yang mencapai
65 kg.
Penangkapan belut
sama seperti cara menangkap ikan lainnya, yaitu dengan peralatan antara lain
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, serta pancing atau kail. Cara lainnya
adalah dengan mengeringkan air kolam, sehingga belut mudah diambil.
Distribusi geografis belut cukup luas
mencakup Asia Tenggara, Cina, dan Indonesia (Pulau Jawa, Madura, Bali, dan
Sumatera). Di Indonesia, selain untuk pemenuhan pasar lokal,
belut juga merupakan salah satu komoditas ekspor. Untuk memenuhi permintaan
pasar yang terus meningkat jumlahnya, saat ini budi daya belut sudah mulai
banyak dilakukan oleh petani.
Dilihat dari
komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303
kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan
telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal
itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber
energi.
2.3 Anggota
- Genus Macrotrema
- M. caligans
- Genus Monopterus
- M. albus, belut sawah
- M. boueti, belut Liberia
- M. cuchia, belut cuchia
- M. desilvai
- M. digressus
- M. eapeni
- M. fossorius, belut Malabar (India)
- M. hodgarti, belut India
- M. indicus, belut Bombay
- M. roseni
- Genus Ophisternon
- O. aenigmaticum
- O. afrum, belut Guinea
- O. bengalense, belut Benggala
- O. candidum, belut gua
- O. gutturale, belut Australia
- O. infernale, belut gua (buta)
- Genus Synbranchus
- S. lampreia
- S. madeirae
- S. marmoratus, belut marmer
2.4 Khasiat belut
Nilai protein pada
belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8 g/100g),
tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan
lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat
cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga usia
lanjut.
Protein belut juga
kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin,
lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam
amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga
kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna
untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu
kerja neurotransmitter. Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan
gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa
monosodium glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial)
pada belut dapat memengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer
dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang akan
membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh.
Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
Kaya Mineral dan
Vitamin Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan
zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap
hari telah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi
sangat diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh
yang mudah lemah, letih, dan lesu.
Zat besi berguna
untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah
yang menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan
tidak bertenaga. Zat besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan
fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor,
kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus
berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas
dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat
umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi
energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang
kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian
kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan
saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor
kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit
tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi
protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A
yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan
sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan
vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari suatu enzim,
sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin B
juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk
protein, hormon, dan sel darah merah.
2.5 HAMA DAN PENYAKIT
2.5.1 Hama
1. Hama pada belut adalah
binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang
belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak
banyak diserang hama.
2.5.2 Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Seperti pada jenis ikan lain, belut
juga mengandung asam lemak omega 3. Kadar omega 3 pada lemak ikan, termasuk
belut, sangat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48 persen sampai dengan 11,80
persen. Kandungan omega 3 pada ikan, tergantung kepada jenis, umur,
ketersediaan makanan, dan daerah penangkapan.
Dari hasil
penelitian, diketahui bahwa bagian tubuh ikan memiliki lemak dengan komposisi
omega 3 yang berbeda-beda. Kadar omega 3 pada bagian kepala sekitar 12 persen,
dada 28 persen, daging permukaan 31,2 persen, dan isi rongga perut 42,1 persen
(berdasarkan berat kering).
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kita
dapat mengetahui khasiat dan manfaat belut yang mungkin selama ini kita anggap
menjijikan. Oleh karena itu, mulai ini kita tidak perlu untuk mengkonsumsi
belut lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar
Swadaya
(Anggota IKAPI). Jakarta.
Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
No comments:
Post a Comment